BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang tidak akan
pernah bisa lepas sampai kapanpun dan dimanapun. Baik itu pendidikan secara
formal maupun non formal. Tentu saja sejak zaman dahulu kala sudah ada
pendidikan yang mengajarkan banyak hal terhadap manusia dalam berbagai aspek
ilmu pengetahuan.
Di
Indonesia pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang tidak terpisahkan
dari sejarah terbentuknya bangsa ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa pendidikan
menjadi salah satu tulang punggung negara Republik Indonesisa.
Dalam kegiatan belajar
ini kita akan mengkaji kondisi pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan,
yang meliputi zaman purba, zaman kerajaan Hindu-Budha, zaman kerajaan Islam,
perngaruh Portugis dan Spanyol, zaman kolonial Belanda, zaman pendudukan
Jepang, kondisi pendidikan periode 1945-1969 serta kondisi pendidikan pada PJP
I (1969-1983)
1.2
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan
dibahas diantaranya meliputi:
1. Bagaimana
kondisi pendidikan di Indonesia sejak zaman purba hingga PJP I?
2. Bagaimanakah
aliran pendidikan di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam memahami kondisi
serta aliran pendidikan di Indonesia dibutuhkan pemahaman dari berbagai aspek
pembelajaran, mulai dari perkembangan pendidikan pada zaman purba hingga zaman
PJP I (1969-1983) untuk melihat dan memahami perbedaan yang mendasar tentang
kondisi pendidikan dan hal-hal yang terkait di dalamnya.
BAB
II
ISI
2.1
Kondisi Pendidikan Sebelum Kemerdekaan
Kondisi pendidikan di
Indonesia sebelum kemerdekaan, meliputi kondisi pendidikan pada zaman purba,
zaman kerajaan Hindu-Budha, zaman kerajaan Islam, perngaruh Portugis dan
Spanyol, zaman kolonial Belanda, zaman pendudukan Jepang, kondisi pendidikan
periode 1945-1969 serta kondisi pendidikan pada PJP I (1969-1983)
2.1.1.
Zaman Purba
Latar Belakang Sosial Budaya. Pada zaman
ini kebudayaan yang berkembang pada penduduk asli disebut kebudayaan Paleolitis (kubudayaan lama atau tua),
seperti yang dapat dijumpai pada suku Kubu Wedda, dan Negrito. Sedangkan
kebudayaan nenek moyang bangsa Indonesia disebut kebudayaan neolitis (kebudayaan baru) yang
sisa-sisanya dapat kita jumpai di pedalaman Kalimantan dan Sulawesi. Ciri-ciri
kebudayaannya adalah tergolong kebudayaan maritim. Kepercayaan yang dianut,
antara lain animisme, dan dinamisme.
Kondisi
Pendidikan. Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah
agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri dan hidup bermasyarakat,
yaitu mempunyai semangat gotong-royong, menghormati para empu, dan taat
terhadap adat. Oleh karena kebudayaan masyarakat masih bersahaja, pendidikan
cukup dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga dan dalam kehidupan keseharian
masyarakat yang alamiah. Saat itu belum ada yang disebut lembaga pendidikan
formal (sekolah).
2.1.2
Zaman Kerajan Hindu-Buddha
Latar
Belakang Sosial Budaya. Nenek moyang kita pada saat itu
umumnya tinggal di daerah subur dekat pesisir pantai. Mereka pada akhirnya suka
melakukan hubungan perdagangan dengan orang-orang dari India yang singgah dalam
perjalanannya. Lama kelamaan para ketua adat di negeri kita berusaha menyamai
raja-raja India, mereka ada yang dinobatkan atau menobatkan diri menjadi
raja-raja lokal. Struktur sosial pun berubah, timbullah dua golongan manusia,
yaitu golongan yang dijamin dan golongan yang menjamin.
Kondisi
Pendidikan. Pada zaman ini sudah berkembang pendidikan yang
lembaganya berbentuk Perguruan atau
Pesantren. Tujuan pendidikan umumnya adalah agar para peserta dididik
menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup bermasyarakat sesuai dengan
tatanan masyarakat yang berlaku saat itu, amampu membela diri dan membela
negara. Kurikulum pendidikannya, meliputi agama, bahasa Sanskerta termasuk
membaca dan menulis (huruf Palawa),
kesusasteraan, keterampilan memahat atau membuat candi, dan bela diri (ilmu
berperang). Sesuai dengan jenis lembaga pendidikannya (perguruan) maka metode
atau cara-cara pendidikannya pun Sistem
Guru Kula, dalam sistem ini murid tinggal bersama guru di rumah guru atau
asrama, murid mengabdi dan sekaligus belajar kepada guru.
2.1.3.
Zaman Kerajaan Islam
Latar Belakang Sosial
Budaya. Setelah datangnya saudagar Islam di Indonesia pada
pertengahan abad ke-14, kota Bandar Malaka ramai dikunjungi para saudagar dari
Asia Barat dan Jawa (Majapahit).
Kondisi
Pendidikan. Kurikulum pendidikan pada zaman ini
tidak tertulis (tidak ada kurikulum formal). Pendidikan berisi tentang tauhid
(pendidikan keimanan kepada Allah SWT.),
2.1.4.
Zaman Pengaruh Portugis dan Spanyol
Latar
Belakang Sosial Budaya. Pada awal abad ke-16 bangsa
Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia untuk tujuan berdagang dan tujuan missionaris (menyebarkan agama Katolik).
Merekan banyak mendapatkan perlawanan dari rakyat Indonesia dan kemudian mereka
meninggalkan Indonesia karena kalah perang oleh Belanda.
Kondisi
Pendidikan. Pengaruh bangsa Portugis dan Spanyol
dibidang pendidikan utamanya berkenaan dengan penyebaran agama Katolik. Demi
kepentingan tersebut, tahun 1536 mereka mendirikan sekolah (Seminarie) di
Ternate dan di Solor. Kurikulum pendidikannya berisi pendidikan agama Katolik,
membaca dan berhitung.
2.1.5.
Zaman Kolonial Belanda
Latar
Belakang Sosial Budaya. Bangsa Belanda datang ke Indonesia
tahun 1596 dengan tujuan berdagang dan kemudian mendirikan VOC pada tahun 1602.
Belanda menyebarkan agama Protestan melalui jalan penjajahan.
Kondisi
Pendidikan. Implikasi dari kondisi politik, ekonomi
dan sosial budaya di Indonesia pada zaman ini, secara umum kita dapat
mendapatkan dua garis pelaksanaan pendidikan, yaitu pendidikan yang
dilaksanakan pemerintah kolonial Belanda sesuai dengan kepentingan penjajahannya,
dan pendidikan yang dilaksanakan oleh kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan
demi mencapai kemerdekaan.
2.1.6.
Zaman Pendudukan Jepang
Latar
Belakang Sosial Budaya. Jepang menyerbu Indonesia karena
kekayaan alam yang dimiliki Indonesia yang saat itu dijajah oleh Belanda. Ada
dua kebijakan pemerintah pendudukan Jepang :
a.
Menghapuskan semua pengaruh Barat di
Indonesia melalui penjepangan.
b.
Memobilisasi segala kekuatan dan sumber
yang ada untuk mencapai kemenangan perang Asia Timur Raya.
Kondisi
Pendidikan. Implikasi kekuasaan pemerintahan
pendudukan militer Jepang dalam bidang pendidikan di Indonesia yaitu sebagai
berikut :
a. Tujuan
dan isi pendidikan di arahkan demi kepentingan perang Asia Timur Raya.
b. Hilangnya
Sistem Dualisme dalam pendidikan.
c. Sistem
pendidikan lebih merakyat (populis).
2.2
Kondisi Pendidikan Periode 1945-1969
Kondisi
pendidikan pada periode 1945-1969 terbagi menjadi empat tahapan berikut ini:
1. Zaman Revolusi Fisik Kemerdekaan
Setelah
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI
menetapkan UUD 1945 yang mana di dalamnya memuat Pancasila sebagai dasar
negara. Sejak saat ini jenjang dan jenis pendidikan mulai disempurnakan dan
disesuaikan dengan kebutuhan bangsa Indonesia. Beberapa bulan setelah proklamasi
kemerdakaan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K)
mengeluarkan Instruksi Umum agar para
guru membuang sistem pendidikan kolonial dan mengutamakan patriotisme.
2. Peletakan Dasar Pendidikan Nasional
Mulai
tanggal 18 Agustus 1945, sejak PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi
negara yang di dalamnya memuat Pancasila, implikasinya bahwa sejak itu dasar
sistem pendidikan nasional kita adalah Pancasila dan UUD 1945. Sekalipun
terjadi bentuk dan konstitusi negara, tetapi pendidikan nasional Indonesia
sesuai dengan UUD 1945. Dan bahwa UU RI No. 4 Tahun 1950 de facto digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan,
pengajaran, dan kebudayaan untuk seluruh daerah Negara Kesatuan RI.
3. Demokrasi Pendidikan
Sesuai
dengan UUD 1945 dan UU RI No. 4 Tahun 1950, meskipun mengalami berbagai
kesulitan pemerintah mengusahakan terselenggaranya pendidikan yang bersifat
demokratif, yaitu kewajiban belajar sekolah dasar bagi anak-anak usia 8 tahun.
Rencana kewajiban SD ini direncanakan selama 10 tahun (1950-1960).
4. Lahirnya LPTK pada Tingkat
Universiter
Dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan maka atas dorongan Prof. Moh. Yamin pada
tahun 1954 didirikanlah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di 4 tempat,
yaitu di Batu Sangkar, Bandung, Malang dan Tondano. Atas dasar konferensi antar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) negeri seluruh Indonesia di Malang
tanggal 21 s.d. 25 Agustus 1960 maka berbagai lembaga pendidikan tenaga guru
(PGSLP, Kursus BI, BII dan PTPG) diintegrasikan ke dalam FKIP pada Universitas.
Selanjutnya pada tahun 1960-an didirikanlah IKIP yang berdiri sendiri sebagai
perpindahan dari PTPG sesuai dengan UU PT No. 22 Tahun 1961 sekalipun demikian
di beberapa Universitas FKIP tetap berdiri.
2.3
Kondisi Pendidikan Pada PJP I (1969-1993)
Pembangunan
Jangka Panjang Pertama, meliputi 5 Pelita, yaitu Pelita I-IV yang dimulai pada
tahun 1969/1970 hingga tahun 1993/1994 atau 25 tahun, selama kurun tersebut,
pendidikan Indonesia mengalami banyak bahan dan kemajuan. Hal ini terutama
ditandai oleh semakin luasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan pada semua
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; meningkatnya jumlah sarana dan prasarana
pendidikan yang tersedia serta tenaga yang terlibat dalam pendidikan:
meningkatnya jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia serta tenaga
yang terlibat dalam pendidikan; meningkatnya mutu pendidikan dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya; semakin mantapnya sisitem pendidikan nasional
dengan disahkannya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
berserta sejumlah Peraturan Pemerintah yang menyertainya.
1. UU tentang sisitem pendidikan
Nasional
Dalam rangka membangun
sistem pendidikan nasional yang mantap, keberadaan UU No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) merupakan acuan penting yang perlu dicatat.
2. Taman Kanak-kanak
Sejak Pelita I hingga
akhir Pelita V, pendidikan di TK mengalami perkembangan yang cukup mengesankan
yang ditandai oleh kenaikan jumlah anak didik, guru, dan sekolah. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat khususnya orang tua semakin menyadari akan
pentingnya prasekolah sebagai wahana untuk menyiapkan anak dari segi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan guna memasuki sekolah dasar.
3. Pendidikan Dasar
Prestasi
yang sangat mengesankan yang dicapai selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama
(PJP I) ialah melonjaknya jumlah peserta didik pada Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang merupakan penggal pertama pendidikan dasar 9
tahun. Namun mutu pendidikan tingkat SD belum begitu tinggi, oleh karena itu
tantangan utama yang dihadapi bukan lagi menyangkut peningkatan angka
partisipasi, melainkan peningkatan mutu dan kesangkilan pendidikan. Untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia hingga minimal berpendidikan
SLTP makapada tanggal 2 Mei 1994 program
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dicanangkan. Mengingat wajib
belajar enam tahun telah dimulai pada tahun 1984 maka pencanangan wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun lebih dipusatkan pada tingkat SLTP.
4. Pendidikan Menengah
Persoalan yang menonjol
pada SLTA Umum selama Pelita V adalah tentang mutu lulusan yang terutama diukur
dari kesiapannya untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi. Nilai Ebtanas Murni
dan skor Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN) menunjukkan adanya keragaman yang
lebar dalam mutu SLTA antara sekolah dan lokasi geografis yang berbeda-beda.
Perbedaan ini mengakibatkan akses ke perguruan tinggi, terutama perguruan
tinggi yang memiliki reputasi baik, menjadi tidak merata pula. Itulah sebabnya,
pada Repelita VI, upaya memperbanyak jumlah SLTA Umum yang bermutu menjadi
prioritas melalui pengembangan SMU plus
yang dilakukan melalui pengerahan peran serta masyarakat. Sedangkan di SMK,
tantangan utama yang dihadapi adalah peningkatan mutu dan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan pembangunan.
5. Pendidikan Tinggi
Pada
akhir Pelita V, jumlah seluruh mahasiswa di Indonesia mencapai 2,2 juta orang.
Namun masih tingginya jumlah mahasiswa yang lambat dalam menyelesaikan studi
merupakan tantangan lain yang dihadapi, yang mengakibatkan tingkat produktifitas
PT kita belum begitu tinggi. Banyak mahasiswa yang menyelesaikan studinya lebih
dari 4 tahun. Hal ini tentu menjadi fenomena yang perlu diperbaiki oleh
pemerintah.
6. Pendidikan Luar Sekolah
Pembangunan pendidikan
luar sekolah diprioritaskan pada pemberantasan buta aksara melalui perluasan
jangkauan Kejar Paket A. Selama Pelita V, diperkirakan sebanyak 5,3 juta warga
masyarakat telah dibebaskan dari buta huruf, dan dari jumlah tersebut sebanyak
76% adalah perempuan. Usaha ini merupakan kelanjutan dari Pelita-pelita
sebelumnya.
7. Tantangan, Kendala, dan Peluang
Berdasarkan
perkembangan pendidikan selama PJP I yang diakhiri pada Pelita V, ada sejumlah
tantangan yang dihadapi oleh pembangunan pendidikan Indonesia pada masa-masa
selanjutnya, yaitu:
a.
Belum mampunya pendidikan mengimbangi
perubahan struktur ekonomi dari pertanian tradisonal ke industri dan jasa.
b.
Masih rendahnya relevansi pendidikan.
c.
Masih rendah dan belum meratanya mutu
pendidikan.
d.
Masih tingginya angka putus sekolah dan
tinggal kelas yang mengakibatkan ketidaksangkilan dalam menyelenggarakn
pendidikan.
e.
Masih banyaknya kelompok umur 10 tahun
ke atas yang buta huruf.
f.
Masih kurangnya peran serta dunia usaha
dalam pendidikan.
Di samping tantangan,
ada kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kinerja pendidikan nasional, yaitu
:
a.
Dari pihak masyarakat, kendala tersebut
adalah kemiskinan dan keterbelakangan yang berkaitan dengan masih rendahnya
penghargaan akan pendidikan pada sebagian kelompok masyarakat.
b.
Terbatasnya jumlah guru yang bermutu di
samping penyebarannya yang tidak merata.
c.
Terbatasnya sarana dan prasarana.
d.
Manajemen sistem pendidikan yang belum
secara terarah menuju peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Adapun
peluang yang dimiliki oleh pendidikan nasional ialah :
a.
Keberhasilan wajib belajar 6 tahun yang
memberikan landasan bagi pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan
tahun.
b.
Semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan.
c.
Semakin luasnya sarana komunikasi
d.
Semakin tersebarluasnya lembaga
pendidikan negeri maupun swasta
e.
Adanya UU No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang memberikan landasan yang kokoh bagi pendidikan
nasional.
2.4
Aliran Pendidikan di Indonesia
Banyak sekali
aliran pendidikan di Indonesia, namun beberapa aliran yang dapat kita pelajari
diantaranya Muhammadiyah, Taman Siswa dan INS Kayutanam.
2.4.1
Muhammadiyah
Muhammadiyah
didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Tujuan Muhammadiyah adalah meluaskan dan
mempertinggi pendidikan agama Islam secara modern, serta memperteguh keyakinan
tentang agama Islam sehingga terwujudlah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
(I. Djumhur dan H. Danasupatra, 1976).
Dasar atau Asas Pendidikan Muhammadiyah
berdasarkan Islam dan berpedoman Alquran dan Hadits. Tujuan Pendidikannya adalah membentuk manusia muslim berahlak
mulia, cakap, percaya diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Untuk mencapai
tujuaanya itu Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke.
2.4.2
Taman Siswa
Taman Siswa
didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli 1992 di Yogyakarta. Pada
pembukaan lembaga pengajaran Taman Siswa (3 Juli 1992), Ki Hadjar Dewantara
mengemukakan tujuh asas pendidikannya
yang kemudian dikenal dengan Asas Taman
Siswa 1922. Sesudah proklamasi kemerdekaan RI, Asas Taman Siswa 1992 diubah
menjadi Panca Dharma Taman Siswa pada
tahun 1947. Berdirinya Perguruan Nasional Taman Siswa (1922) dimulai dengan
dibukanya sekolah untuk anak-anak di bawah umur 7 tahun. Pada akhir zaman
Belanda, Taman Siswa mempunyai 199 cabang dengan 207 perguruan yang tersebar di
seluruh Indonesia dan sekitar 20.000 murid serta 650 orang guru.
2.4.3
Institut Nasional Sjafei (INS) Kayutanam
Indonesich Nederland Scholl (INS)
didirikan oleh Mohammad Sjafei (1895-1969) pada tanggal 31 Oktober 1926 di
Kayutanam, Sumatera Barat. Sebagaimana dikemukakan Ag. Soejono (1979) pada awal
didirikannya INS mempunyai dasar sebagai berikut:
1.
Berpikir secara logis atau rasional
2.
Keaktifan atau kegiatan
3.
Pendidikan kemasyarakatan
4.
Memperhatikan bakat anak
5.
Menentang intelektualisme
Tujuan pendidikan INS
Kayutanam sebagaimana dikemukakan Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994) adalah
sebagai berikut :
1.
Memberikan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
2.
Memberi pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3.
Mendidik para pemuda agar berguna bagi
masyarakat.
4.
Menanamkan kepercayaan terhadap diri
sendiri dan berani bertanggung jawab.
5.
Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Kondisi pendidikan di Indonesia sebelum
kemerdekaan terbagi menjadi beberapa zaman, yaitu:
a. zaman
purba
b. zaman
kerajaan Hindu-Budha
c. zaman
kerajaan Islam
d. zaman
pengaruh Portugis dan Spanyol
e. zaman
kolonial Belanda
f. zaman
pendudukan Jepang
2.
Kondisi pendidikan di Indonesia setelah
kemerdekaan terbagi menjadi beberapa zaman, yaitu:
a. kondisi
pendidikan periode 1945-1969
b. kondisi
pendidikan pada PJP I (1969-1983)
3.
Kondisi Pendidikan Periode 1945-1969
terbagi menjadi:
a. Zaman
Revolusi Fisik Kemerdekaan
b. Peletakan
Dasar Pendidikan Nasional
c. Demokrasi
Pendidikan
d. Lahirnya
LPTK pada Tingkat Universiter
4.
Kondisi Pendidikan Pada PJP I
(1969-1993) terbagi menjadi:
a. UU
tentang sisitem pendidikan Nasional
b. Taman
Kanak-kanak
c. Pendidikan
Dasar
d. Pendidikan
Luar Sekolah
e. Tantangan,
Kendala, dan Peluang
5.
Beberapa aliran Pendidikan di Indonesia
antara lain:
a. Muhammadiyah
b. Taman
Siswa
c. Institut
Nasional Sjafei (INS) Kayutanam
3.2 Saran
1.
Kritik dan saran yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah kami.
2.
Bagi para pembaca dan teman-teman
mahasiswa yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih
jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku
lainnya yang berkaitan dengan judul “Kondisi Pendidikan di Indonesia “
3.
Menjadikan Makalah ini sebagai sarana
yang dapat mendorong para mahasiswa dan mahasiswi berfikir aktif dan kreatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Balitbangdikbud (1975). Pendidikan di Indonesia: 1900-1974. Jakarta: Balai Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996). Perkembangan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:
Depdikbud.
Soehendro, Bambang. Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang 1996-2005.
JakartaL Ditjen Dikti.
Supriadi, Dedi (1997a). Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia. Jakarta: Rosda
Jayaputra.
Supriadi, Dedi (1997b). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Pemrograman
Pascasarjana IKIP Bandung.
Supriadi, Dedi (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Van der Wal, S.L. (1997) Pendidikan di Indonesia 1900-1940: Kebijaksanaan Pendidikan di Hindia
Belanda 1900-1940 (Alihbahasa oleh Sumarsono Mestoko dan Achmad Dasukiz).
Jakarta: Balitbangdikbud.
World Bank. (1998). Education in Indonesia: From Crisis to Recovery. Washington D.C.:
World Bank.
World Bank. (1989). Basic Education Study. Washington D.C.: World Bank.
0 komentar:
Posting Komentar